A. Latar Belakang Masalah
Anak tuna grahita adalah anak yang mengalami hambatan intelektual disebabkan banyak faktor yang menimbulkan permasalahan dalam kehidupan anak yang mengalaminya.
Karena ketunaannya maka anak tuna grahita sudah pasti tergolong anak yang mengalami kesulitan /hambatan belajar, sehingga para guru/ pembimbing dituntut untuk mengatasi permasalahan yang timbul tertsebut dengan berbagai upaya.
Adapun upaya yang memang harus benar-benar dikuasai seorang guru adalah keterampilan pengelolaan kelas yang menjadi faktor utama yang mempengaruhi pembelajaran siswa, sehingga hasil dari proses belajar mengajar menjadilan peserta didik mampu menguasai apa yang diajarkan.
Salah satu keterampilan dalam mengalola kelas adalah menggunakan metoda yang tepat untuk mencegah / mengatasi baik itu prilaku yang menyimpang maupun menyampaikan materi ajar tanpa membuat anak bosan, bahkan memotivasi anak untuk semangat belajar dan menjadi kenangan yang tersimpan dimemorinya dalam jangka waktu lama.
Supaya satu materi ajar bisa tersimpan dalam memori peserta didik otomatis materi tersebut harus dikemas dalam sebuah proses transformasi ilmu pengetahuan dengan cara yang menyenangkan, pro aktif dan peserta didik benar-benar dilibatkan atau dalam sebuah kondisi husus degan kata lain situasi dengan kondisi peserta didik mengalami gangguan belajar karena satu atau lebih kecacatan, dalam hal ini, tuna netra, tuna rungu, tuna grahita, kelainan motorik, kelainan psikologis ataupun cacat ganda, maka variasi metode dan pengulangan materi harus dilakukan.
Gangguan belajar pada anak tuna grahita, salah satunya adalah kesulitan membaca yang disebabkan oleh faktor psikologis dasar yang mencakup gangguan pemahaman dan bahasa ujaran atau tulisan yang menampakan diri dalam kesulitan berfikir, kesulitan berbicara, kesulitan membaca, menulis atau berhitung.
Gangguan belajar juga merupan suatu kesulitan kronis yang diduga bersumber dari neurologis, yang secara selektif mengganggu perkembangan integrasi kemampuan inverbal dan verbal. Disini sangat jelas sekali kalau anak tuna grahita akan mengalami kesulitan belajar membaca Karenna sistim neurologisnya terganggu.
B. Membaca Menurut Beberapa Ahli
1. A. S. Broto (1975)
“ Membaca itu bukan hanya mengungkapkan bahasa tulisan dan mendengarkan bunyi huruf melainkan membaca itu memerlukan pemahaman untuk menanggapi isi bacaan.”
2. Soedarso (1983)
“ Membaca merupakan aktifitas komplek yang memerlukan sejumlah tindakan terpisah-pisah mencakup penggunaan pengertian, khayalan, pengamatan dan ingatan. “
3. Bono (1975)
“ Membaca merupakan pengenalan symbol-simbol bahasa tulis yang merupakan stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca.”
4. Hornssby
“ Bahwa seorang anak akan memahami isi suatu kata apabila ia telah mendengar 500 kali ucapan.”
5. Haris (1979)
“ Perkembangan membaca ada 5 yaitu :
5.1. Kesiapan membaca / peran membaca. Dari lahir – mau masuk SD.
5.2. Membaca Permulaan . Kelas 1 SD
5.3. Keterampilan membaca cepat. Kelas 2 dan 3 SD
5.4. Keterampilan membaca luas . Kelas 4,5 dan 6 SD.
5.5 Membaca sesungguhnya. SMP ke atas.”
6. Kirk (1979)
“ Delapan faktor keberhasilan membaca :
6.1. Adanya kematangan mental.
6.2. Kematanyan emosi dan sosial.
6.3. Kemampuan Visual.
6.4. Kemampuan auditif.
6.5. Perkembangan wicara dan bahasa.
6.6. Kematangan motorik.
6.7. Keterampilan berfikir dan memperhatikan.
6.8. Motivasi dan minat.”
7. Marcer
“ Karakteristik anak berkesulitan belajar membaca :
7.1. Kebiasaan membaca yang tidak wajar.
7.2. Kekeliruan pengenalan kata.
7.3. Kekeliruan pemahaman kata.
7.4. Gejala serba nekat.”
8. Hargove (1984)
“ Anak berkesulitan belajar membaca permulaan mengalami kesalahan dalam :penghilangan kata, penggantian kata, membalikan kata atau huruf, pengulangan, kurang memperhatikan tanda baca, ragu-ragu, tersendat-sendat, pembetulan sendiri.”
C. Metode Membaca
1. Metode Fonik
Menekankan pada pengenalan kata melalui proses mendengarkan bunyi huruf. Pada mulanya anak di ajak mengenal bunyi huruf, kemudian menjadi suku kata dan kata. Mengenalkan huruf mengaitkan huruf depan dengan berbagai nama yang sudah dikenal anak.
misal: B……… K………
2. Metode Linguistik
Metode ini didasarkan atas pandangan bahwa membaca ialah suatu proses memecahkan kode atau sandi yang berbentuk tulisan menjadi bunyi yang sesuai. Metode ini menyajikan kepada anak suatu kata yang terdiri dari konsonan- vocal / vocal- konsonan. Suku kata menjadi kata.
Misal : bu – ku Þ buku
3. Metode SAS ( Struktural Analisis Sintetik)
Mengajar membaca dengan mengenalkan kalimat dipisah menjadi kata- suku kata – uruf – suku kata – kata – kata – kalimat.
Misal: ini ibu budi
ini – ibi – budi
i – ni i – bu bu – di
i – n – i i – b – u b – u – d – i
i – ni i – bu bu – di
ini – ibi – budi
ini ibu budi
4.Metode Fernald ( VAKT ) = Visual Auditory Kinestetic Taktic
Mencoba menulusuri huruf yang dibentuk dengan gerakan telunjuk di udara, kemudian anak membacanya, diulang beberapa kali, sehingga anak bisa membacanya dengan baik.
5. Metode Gilingham
Diajarkan beberapa huruf dan perpaduan huruf, kemudian menebalkan titik – titik huruf / kata yang telah diajarkan, biasanya lebih sering kata benda yang ada di lingkungan anak dan dimengerti anak, sambil menebalkan anak membaca huruf / kata apa yang sedang dia tebalkan.
6. Metode Analisis Gelas.
Anak menyimak gambar peraga yang diperlihatkan. Mengidentifikasi kata lalu mengucapkan kata dengan bunyi kelompok.
Misal : B a j u , dibaca b a – j u B u k u , dibaca b u – k u
Setelah anak mengulang beberapa kali , tulisan huruf yang tadi disebutkan, kemudian coba tutup sebagian atau salah satu huruf, sampai anak ingat betul.
ju ba ju… …
Misal : huruf b a ditulis oleh anak, jadi
ju ba … ba
huruf j u ditulis oleh anak, jadi dst.
D. Identitas Anak
Dalam usaha mencari solusi untuk anak yang mengalami kesulitan belajar membaca, kita harus terlebuh dahulu mengenal karakteristik anak tersebut, sehingga kita tidak terlalu sulit menentukan metode apa yang harus diterapkan pada anak sehingga anak termotivasi untuk belajar dan terus mencoba belajar membaca walaupun hanya sepatah dua patah kata,
Adapun anak yang akan dijadikan bahan observasi untuk ditangani adalah sebagai berikut :
Nama : Bela
Tempat / Tgl Lahir : Garut, 16 – 08 - 1996
Sekolah/ Kelas : SDLB - C / 3
Usia masuk Sekolah : 8 tahun
Alamat : Sukadana
Bela anak tuna grahita sedang , yang terkadang sering tidak mau belajar membaca. Yang dia sukai adalah bernyanyi.
Dilihat dari prilaku sehari-harinya, dia seorang anak yang memiliki sedikit masalah sosial dengan teman-temannya, dia sering mengacak – acak benda di sekitarnya, rasa ingin tahu terhadap benda – benda yang ada disekelilingnya kadang – kadang besar sekali.
Penulis menyimpulkan kalau Bela, perlu perhatian ekstra, dan disaat rasa ingin tahunya bergejolak sampai mengambil barang temannya, dia bisa dimotivasi untuk mengetahui beberapa benda yang ada disekitar kelas , dengan cara bernyanyi dulu lalu menunjukan / membuat gambar dipapan tulis, untuk dibaca dan ditulisnya.
Dalam mengatasi permasalahan tersebut, penulis mencoba beberapa metode yang dianggap cocok untuk mengajarkan membaca kepada Bela dengan kasus seperti di atas.
Adapun metodenya mencoba beberapa yang telah dipaparkan diatas diantaranya metode Fonik, metode giligham dan metode analisis gelas.
Karena Bela suka sekali bernyanyi, maka yang pertama kali dilakukan sebagai apersepsi adalah menyanyikan lagu misalnya “balonku”, “cicak di dinding” , Bendera merah putih dll, setelah itu diperlihatkan gambar yang sesuai dengan lagu yang dibawakan . Dengan metode Fonik, setelah guru menunjukan gambar, guru menulis huruf awal nama gambar tersebut,
Misal :
b………… m………….
l……….. h………….
Setelah anak menyebutkan sebuah kata yang berhubungan dengan gambar, maka guru mengkolaborasi metode dengan metode gilingham, dimana anak disuruh menebalkan titik-titik huruf sesuai yang disebutkan, sambil menyebutkan berulang kali kata apa yang sedang ditebalkannya. Setelah anak melakukan tugasnya, maka guru melengkapi huruf – huruf yang tepat untuk gambar yang ditunjukan tadi
Misal :
B a l o n m e r a h
l i m a h i j a u
Untuk lebih merekatkan materi pada memori anak, sehingga anak mengingatnya dan memahaminya, maka guru mencoba metode analisis gelas, sehingga anak lebih proaktif, guru menutup huruf ba pada kata balon, dan anak mengingatnya lalu melangkapinya dengan menuliskan kembali huruf ba didepan lon sehingga kata tersebut lengkap kembali menjadi balon.
Contoh yang lainnya :
ba rah
lon me
Tidak ada komentar:
Posting Komentar