A. Pengertian
Cerebral palsy menurut artinya berasal dari kata cerebral atau cerebrum yang artinya otak. dan palsy artinya kekakuan. jadi cerebral palsy berarti kekakuan yang disebabkan kelainan di dalam otak. Sebenarnya anak yang menderita cerebral palsy tidak selalu menunjukan kekakuan, tetapi dapat juga menunjukah kelayuan atau getaran atau ketidak sempurnaan bergerak.
Menurut Dr. Suharso dalam bukunya yang berjudul ‘Cerebral Palsy (cacat sejak lahir), mengatakan bahwa yang dimaksud dengan cerebral palsy adalah cacat yang sifatnya gangguan-gangguan atau kerusakan-kerusakan dari fungsi otot dan urat syaraf.
Dalam kata lain cerebral palsy dapat diartikan sebagai salah satu bentuk brain injury, yaitu suatu kondisi yang mempengaruhi pengendalian sistem motortik sebagai akibat lesi dalam otak, atau suatu penyakit neuromuskular yang disebabkan oleh gangguan erkembangan atau kerusakan sebagian dari otak yang berhubungan dengan pengendalian fungsi motorik namum pebderita cerebral palsy masih dapat menggerakan anggota tubuhnya yang terserang meskipun gerakannya terganggu karena adanya kelainan tonus otot.
B. Karakteristik Dan Klasifikasi
1. Karakteristik
Anak yang mengalami cerebral palsy mempunyai karteristik sebagai berikut :
a) Menjadi terbelakang mental
Anak-anak yang menderita cerebral palsy kurang lebih 40% mengalami kelambatan dalam roses berpikir. IQ-nya rendah, sehingga ada yang tergolong tunagrahita ringan atau tunagrahita sedang. Selain itu ada pula anak cerebral palsy yang memiliki IQ normal, tetapi karena kelainannya sikap sosialnya pun ada hambatan-hambatan.
b) Mengalami Speech defect
Anak cerebral palsy kebanyakan menderita speech defect. mereka dapat mendengar, tetapi kalau mengatakan sesuatu tidak dapat berbicara. Atau beicaranya menjadi terputus-putus, bahkan bila dapat bersuara tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki. berbicara merupakan pekerjaan yang berat bagi mereka, akan banya mengeluarkan peluh dan otot-ototnya kejang-kejang.
c) Penglihatan kabur
Tidak ada penyakit pada matanya, namun penglihatan anak cerebral palsy ada kalanya terganggu. Biarpun nampaknya melihat sesuatu, tetapi ia tidak dapat melihat atau apa yang nampak hanya samar-samar atau kabur. Hal ini disebabkan syaraf-syaraf mata tidak dapat berfungsi sebagai mestinya. Sebab lain karena bola matanya selalu bergerak diluar kemampuannya sendiri.
d) kurang pendengaran
Menurut pemeriksaan dengan audiometer, ternyata anak cerebral palsy sebagian ada yang menderita kurang pendengaran. karena kekejangan-kekejangan yang sering terjadi akan mengakibatkan syaraf pendengarannya tidak sakit.
e) motoriknya terganggu
Sebagai akibat dari kekejangan otot-otot, kelayuhan dan gerakan-gerakan yang tidak terkendali, pengaruhnya yang paling berat aialah motorik. Cerebral palsy adalah cacat dengan aneka macam kelainan.
2. Klasifikasi
Menurut Bakwin-Bakwin, cerebral palsy daat dibedakan sabagai berikut :
- Spasticity, yaitu kerusakan pada cortex celebri yang menyebabkan hiperactive reflex dan stretch reflex, spasticity dapat dibedakan menjadi :
1) Paraglea, apabila kelainan menyerang kedua tungkai
2) Quadriplegia, apabila kelainan menyerang kedua lengan dan kedua tungkai
3) Hemiplegia, apabila kelainan menyerang satu lengan dan satu tungkai yang terletak pada belahan tubuh yang sama
- Athetosis, yaitu kerusakan pada basal banglia yang mengakibatkan gerakan-gerakan menjadi tidak terkendali dan tidak terarah
- Ataxia, yaitu kerusakan pada cereblum yang mengakibatkan adanya gangguan pada keseimbangan
- Tremor, yaitu kerusakan pada basal ganglia yang berakibat timbu8lnya gertaran-getaran berirama, baik yang bertujuan maupun yang tidak bertujuan
- Rigidity, yaitu kerusakan pada basal ganglia yang mengakibatkan kekakuan pada otot-otot
C. Penyebab
1) Faktor kongenital ketidaknormalan sel kelamin pria
2) Pendarahan waktu kehamilan
3) Trauma atau infeksi pada waktu kehamilan
4) kelahiran prematur
5) Keguguran yang sering dialami ibu
6) usia ibu yang sudah lanjut pada waktu melahirkan anak
7) Penggunaan alat-alat pada waktu proses kelahiran yang sulit
8) penggunaan obat bius pada waktu proses kelahiran
9) penyakit tuberculosis
10) radang selaput otak
11) radang otak
12) keracunan arsen atau karbon monoksida
a. Sebab-sebab sebelum kelahiran :
1. Pada waktu mengandung, ibu terserang penyakit misalnya mazelan atau penyakit sipilis. Penyakit ini dapat menyerang bayi yang dikandungnya. Kalau kebetulan yang terserang pada bagian otak, maka bayi yang lahir kelak akan menderita cerebral palsy.
2. Timbulnya kelainan kandungan yang demikian rupa, sehingga tali pusar bayi tertekan, dapat menyebabkan peredaran darah terganggu. Akibatnya dapat merusakkan syaraf-syaraf di dalam otak.
3. Pada waktu ibu mengandung menderita penyakit pada peredaran darah. Pengaruhnya akan sampai kepada bayi yang ada dalam kandungan, sehingga pembentukan tubuh tidak dapat berjalan secara wajar.
b. Sebab-sebab pada saat kelahiran :
1. Kelahiran yang terlalu lama, disebabkan karena tulang pinggul ibu kecil, kepala anak akan terjepit dan sukar lahir. Jepitan yang terlalu keras akan merusakkan susunan syaraf.
2. Dengan bantuan tang bisa menimbulkan kerusakan pada otak, karena tang tersebut dapat menjepit bagian otak tertentu. Sehingga anak yang lahir kelak mungkin menderita cacat cerebral palsy.
3. Pada waktu kelahiran ada sebagian badannya tertekan sesuatu, sehingga peredaran darah terganggu. Akibatnya dapat merusakkan otak.
4. Karena sesuatu sebab anak akan kekurangan zat asam (oksigen). Hal ini akan dapat mempengaruhi susunan syaraf dibagian otak.
5. Bagi yang lahir sebelum waktunya (prematur) misalnya baru 7 atau 8 bulan di dalam kandungan, ketahanan badannya belum kuat, akibatnya anak itu mudah terserang penyakit.
c. Sebab-sebab setelah kelahiran (post natal) :
1. Anak yang mengalami kecelakaan misalnya karena jatuh atau terkena pukulan, sehingga kepalanya luka-luka dapat mempengaruhi susunan otak dan menjadi rusak. Karena itu dapat mengakibatkan cacat cerebral palsy.
2. Anak yang menderita penyakit encephalitis akan mengalami peradangan dibagian otaknya dan penyakit meningitis akan mengalami peradangan dibagian selaput otak. Kedua penyakit ini sangat berbahaya, ada kemungkinan mengakibatkan cerebral palsy.
D. Stimulasi Dan Intervensi
Kata intervensi dapat diartikan sebagai upaya menangani hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang sudah terjadi pada diri anak. Misalnya seorang anak mengalami gangguan dalam perkembangan kecerdasan/kognitif sehingga ia mengalami kesulitan dalam belajar secara akademik. Fungsi intervensi pendidikan kebutuhan khusus adalah upaya menangani anak agar dapat mencapai perkembangan optimum sejalan dengan potensi yang dimilikinya. Contoh lain, seorang anak yang mengalami gangguan dalam perkembangan motorik (misalnya: cerebral palsy). Akibat dari gangguan motorik ini anak dapat mengalami kesulitan dalam bergerak dan mobilitas, sehingga akitivitasnya sangat terbatas. Fungsi intervensi pendidikan kebutuhan khusus dalam konteks ini adalah menciptakan lingkungan yang memungkin anak dapat belajar secara efektif, sehingga dapat mencapai perkembangan optimum sejalan dengan potensi yang dimilikinya. Dengan kata lain fungsi intervensi tidak dimaksudkan supaya anak yang mengalami kehilangan fungsi pendengaran agar dapat mendengar, tetapi dalam keadaan tidak dapat mendengar mereka tetap dapat belajar, bekerja dan hidup secara wajar bersama dengan orang lain dalam lingkungannya. Inilah yang disebut dengan coping, artinya anak dapat berkembang optimum dengan
Stimulus dan Intervensi penderita CP biasanya berlangsung lama, bertahun-tahun, dan untuk setiap penderita perlu rencana penanganan yang khusus, disesuaikan dengan derajat berat ringannya CP, kemampuan motorik/mental penderita secara 50 Cermin Dunia Kedokteran No. 40, 1985 individu. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, penderita CP perlu ditangani oleh suatu
- team : yang terdiri dari: dokter anak, ahli saraf, ahli jiwa, ahli bedah tulang, ahli fisioterapi,
- occupational therapist, guru luar biasa, orang tua penderita dan bila perlu ditambah dengan ahli mata, ahli THT dan lain-lain
Pada umumnya stimulus dan intervensi penderita CP meliputi :
1) Reedukasi dan rehabilitasi
Dengan adanya kecacatan yang bersifat multifaset, seseorang penderita CP perlu mendapatkan terapi yang sesuai dengan kecacatannya. Evaluasi terhadap tujuan perlu dibuat oleh masing-masing terapist.
Tujuan yang akan dicapai perlu juga disampaikan kepada orang tua/famili penderita, sebab dengan demikian ia dapat merelakan anaknya mendapat perawatan yang cocok serta ikut pula melakukan perawatan tadi di lingkungan -hidupnya sendiri. Fisio terapi bertujuan untuk mengembangkan berbagai gerakan yang diperlukan untuk memperoleh keterampilan secara independent. untuk aktivitas sehari-hari. Fisio terapi ini harus segera dimulai secara intensif.
Untuk mencegah kontraktur perlu diperhatikan posisi penderita sewaktu istirahat atau tidur. Bagi penderita yang berat dianjurkan untuk sementara tinggal di suatu pusat latihan. Fisio terapi dilakukan sepanjang hidup penderita. Selain fisio terapi, penderita CP perlu dididik sesuai dengan tingkat inteligensinya, di Sekolah Luar Biasa dan bila mungkin di sekolah biasa bersama-sama dengan anak yang normal. Di Sekolah Luar Biasa dapat dilakukan speech therapy dan occupational therapy yang disesuaikan dengan keadaan penderita. Mereka sebaiknya diperlakukan sebagai anak biasa yang pulang ke rumah dengan kendaraan bersanrm-sama sehingga tidak merasa diasingkan, hidup dalam suasana normal. Orang tua janganlah melindungi anak secara berlebihan dan untuk itu pekerja sosial dapat membantu di rumah dengan melihat seperlunya.
2) Psiko terapi untuk anak dan keluarganya
Oleh karena gangguan tingkah laku dan adaptasi sosial sering menyertai CP, maka psiko terapi perlu diberikan, baik terhadap penderita maupun terhadap keluarganya.
3) Koreksi operasi.
Bertujuan untuk mengurangi spasme otot, menyamakan ke- kuatan otot yang antagonis, menstabilkan sendi-sendi dan mengoreksi deformitas. Tindakan operasi lebih sering dilakukan pada tipe spastik dari pada tipe lainnya. Juga lebih sering dilakukan pada anggota gerak bawah dibanding -dengan anggota gerak atas. Prosedur operasi yang dilakukan disesuaikan dengan jenis operasinya, apakah operasi itu dilakukan pada
saraf motorik, tendon, otot atau pada tulang.
4) Obat-obatan.
Pemberian obat-obatan pada CP bertujuan untuk memperbaiki gangguan tingkah laku, neuro-motorik dan untuk mengontrol serangan kejang. Pada penderita CP yang kejang. pemberian obat anti kejang memeerkan hasil yang baik dalammengontrol kejang, tetapi pada CP tipe spastik dan atetosisobat ini kurang berhasil. Demikian pula obat muskulorelaksankurang berhasil menurunkan tonus otot pada CP tipe spastikdan atetosis. Pada penderita dengan kejang diberikan maintenance anti kejang yang disesuaikan dengan karakteristik kejangnya, misalnya luminal, dilantin dan sebagainya. Pada keadaan tonus otot yang berlebihan, obat golongan benzodiazepine, misalnya : valium, librium atau mogadon dapat dicoba. Pada keadaan choreoathetosis diberikan artane. Tofranil (imipramine) diberikan pada keadaan depresi. Pada penderita yang hiperaktif dapat diberikan dextroamphetamine
E. Metode Pembelajaran
Metode yang dapat dipakai bagi anak yang cerebral palsy dalam meningkatkan proses pembelajaran adalah sebagai berikut :
1) Metode Moto-kinestetic
Disebut juga metode manipulasi. Guru melakukan manipulasi langsung kepada otot-otot organ yang dipandang perlu sehingga anak mudah untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan belajar. Pemberian manipulasi melalui alat misalnya jati, spatel, kuas khusus atau alat-alat lainnya.
2) Metode Brunnstrom
Metode pendekatan ini dikembangkan oleh Signe Brunnstrom, seorang fisioterapis di sekitar tahun 1970-an, khusus untuk penderita hemiplegia
Pendekatan ini dikembangkan berdasarkan premis bahwa:
Pada manusia normal, perkembangan motorik diawali oleh kontrol spinal dan batang otak berupa gerakan reflek yang kemudian berkembang menjadi gerakan yang disadari dan bertujuan yang dikontrol oleh otak. Oleh karena gerakan reflek tersebut merupakan tahap perkembangan normal, reflek ini menjadi sesuatu yang “normal” pula apabila ada kelainan atau gangguan pada pengontrol yang lebih tinggi (otak), misalnya akibat stroke dengan hemiplegianya.
Sehingga reflek ini dapat dan seharusnya digunakan untuk merangsang timbulnya gerakan yang hilang, seperti tahap perkembangan normal. Proprioceptive dan exteroceptive juga digunakan dalam pendekatan ini untuk menimbulkan gerakan bertujuan ataupun hanya perubahan tonus otot.
3) Metode Rood
Dikembangkan oleh Margaret Rood, seorang fisioterapis dan okupasiterapis sejak tahun 1960-an. Sebenarnya metode ini dikembangkan untuk penderita cerebral palsy tetapi dapat diterapkan untuk semua kelainan kontrol motorik akibat gangguan otak.Premis dari pendekatan Rood:Bahwa kontrol motorik berkembang dari reflek-reflek dasar pada saat bayi yang secara bertahap dimodifikasi melalui stimulasi sensorik hingga dicapai kontrol yang lebih tinggi dengan gerakan yang disadari dan fungsional. Sehingga jika diaplikasikan stimulasi sensorik yang benar pada reseptor yang tepat akan merangsang proses perkembangan dari gerakan yang bersifat reflek ke gerakan yang terkontrol.Prinsip dari pendekatan metode Rood ini adalah:
1. Proses perbaikan tonus dan gerakan fungsional dicapai dengan stimulasi sensorik yang benar, melalui teknik-teknik fasilitasi dan inhibisi.
2. Kontrol sensomotorik berdasarkan prinsip-prinsip tumbuh kembang
3. Gerakan haruslah bertujuan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar