INTERVENSI GANGGUAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK TUNAGRAHITA.


BAB. I

PENDAHULUAN

Selama hidup manusia tidak pernah statis melainkan dinamis, sejak lahir manusia selalu mengalami perubahan. Sehubungan dengan perubahan tersebut dikenal dua macam perubahan yaitu :

1. Perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu bertambahnya ukuran dan struktur.

2. Perubahan yang bersifat kualitatif, yaitu perubahan yang progresif, koheren dan teratur

Secara umum perubahan-perubahan yang terjadi pada diri manusia meliputi empat tipe yaitu ;

1. Perubahan ukuran yang meliputi perubahan fisik seperti bertambah tinggi, bertambah berat, besarnya organ-organ dan sebagainya.

2. Perubahan proporsi, ada bagian tubuh yang berkembang pesat adapula bagian tubuh yang berkembang lambat dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya.

3. Hilangnya sifat-sifat tertentu, misalnya hilangnya rambut dan gigi pada bayi, hilangnya sifat kekanak-kanakan, dan sebagainya.

4. Munculnya sifat-sifat baru, misalnya munculnya karakteristik-karakteristik seksual, standar-standar moral dan sebagainya.

ASPEK -ASPEK PERKEMBANGAN ANAK.

  1. Periode-periode Perkembangan.

a. Periode pra-natal ( sejak kehamilan sampai kelahiran ).

b. Periode infasi ( sejak lahir sampai 10-14 hari ).

c. Masa bayi ( sejak usia 2 minggu sampai 2 tahun ).

d. Masa anak-anak ( sejak usia 2 tahun sampai masa remaja )

e. Masa Pubertas ( sejak Usia 11 tahun sampai 16 tahun ).

  1. Perkembangan Fisik.

Perkembangan fisik mempunyai pengaruh langsung terhadap anak karena menentukan hal-hal yang dapat dilakukan oleh anak. Perkembangan fisik yang normal memungkinkan anak menyesuaikan diri pada situasi yang ada, sedangkan perkembangan fisik yang menyimpang akan menghambat penyesuaian anak tersebut.

  1. Perkembangan Kemampuan Kognitif.

a. Asimilasi dan Akomodasi.

b. Keseimbangan.

c. Skema atau tingkah laku.

  1. Perkembangan Emosi.

Emosi memainkan peranan penting dalam perkembangan diri seorang anak. Ketegangan emosi menyebabkan terganggunya ketrampilan motorik. Emosi mempengaruhi aktivitas mental secara umum. Emosi yang tidak menyenagkan, menyebabkan penurunan prestasi dari aktivitas mental.

  1. Perkembangan Sosial.

Perkembangan sosial berarti dikuasainya kemampuan untuk bertingkah laku sesuai dengan tuntutan-tuntutan masyarakat.

Penggolongan aspek-aspek perkembangan ini dirumuskan untuk membedakan anak yang normal dengan anak yang abnormal.

BAB. II

PEMBAHASAN

Perkembangan pengamatan anak sebenarnya suatu yang cukup kompleks juga sebab asalnya sama sekali belum mampu mengamati suatu obyek dengan bagian-bagiannya, pengamatan masih baru, menangkap stimulus dengan kesan keseluruhan, belum terpisah atas bagian-bagiannya.

Dibawah ini akan diuraikan Deteksi Perkembangan tingkah laku selama tahun pertama kehidupan anak ;


Masa Neonatal ( 4 minggu pertama )

Bertiarap

Visual

Refleks

Sosial

Berbaring dalam sikap meringkuk, memalingkan kepala dari sisi ke sisi, kepala terkulai pada suspensi.

Dapat melihat wajah atau cahaya dalam lapang pandangan, gerak “ mata boneka “.

Respon aktif, refleks melangkah dan menaruh kaki, refleks memegang.

Lebih suka melihat wajah manusia.


Umur 4 minggu

Bertiarap

Telentang

Visual

Sosial

Tungkai lebih terbuka, mengangkat dagu ke atas, memutarkan kepala diangkat sebentar.

Sikap leher lemas dan santai, kalau ditarik ke posisi duduk kepala terkulai ke belakang

Memperhatikan orang-orang, mengikuti benda yang bergerak.

Gerakan tubuh sesuai dengan suara orang lain, mulai tersenyum.


Umur 8 minggu

Bertiarap

Telentang

Visual

Sosial

Mengangkat kepala lebih jauh lagi, kepala ditahan.

Sikap kalau ditarik ke posisi duduk, kepala terkulai ke belakang.

Mengikuti benda yang bergerak 180 C.

Tersenyum pada kontak sosial, mendengarkan suara, dan senandung.


Umur 12 minggu

Bertiarap

Telentang

Duduk

Refleks

Sosial

Mengangkat kepala dan dada, kedua lengan di regangkan.

Sikap leher tegang, tangan berusaha menjangkau benda-benda tetapi tidak dapat memegangnya, menggapai mainan.

Kalau ditarik ke posisi duduk kepala terkulai ke belakang tetapi terkompensasi sebagian, gerakan kepala terangguk-angguk, punggung membulat.

Gerakan pembelaan atau reaksi penarikan diri secara selektif.

Mendengarkan musik, mengatakan “ aah, ngah “.


Umur 16 minggu

Bertiarap

Telentang

Duduk

Berdiri

Adaptif

Sosial

Mengangkat kepala dan dada, kedua tingkai diekstensikan.

Sikap simetris menonjol, kedua tangan di garis tengah, meraih, dan memegang benda-benda serta membawanya ke mulut.

Kepala tidak terkulai ke belakang kalau tubuh ditarik pada posisi duduk, kepala mantap, dipertahankan ke depan, senang kalau didudukan dengan tubuh disokong penuh.

Kalau diberdirikan, anak mendorong dengan kakinya

.Sudah mampu melihat benda, tetapi tidak bergerak untuk mendekatinya.

Tertawa nyaring, mungkin memperlihatkan perasaan tidak senang kalau kontak sosial diputuskan.


Umur 28 minggu

Bertiarap

Telentang

Duduk

Berdiri

Adaptif

Bahasa

Sosial

Berguling-guling, dapat berputar-putar.

Mengangkat kepala, berguling-guling, gerakan menggeliat-geliat.

Duduk sebentar dengan sokongan pelvis, membungkuk ke depan dengan bertumpu pada tangan, punggung membulat.

Dapat menyokong sebagian terbesar berat badan, kedua tungkai melambung-lambung dengan aktif.

Berusaha meraih benda-benda dan berusaha memegang benda-benda besar, memindahkan benda dari tangan ke tangan, memegang dengan mempergunakan bagian radial telapak tangan.

Mengeluarkan suara vokal bersuku kata banyak.

Lebih menyukai ibu, berceloteh, senang pada cermin, responsif terhadap perubahan unsur emosional dalam kontak sosial.


Umur 40 minggu

Duduk

Berdiri

Motorik

Adaptif

Sosial

Bahasa

Sosial

Duduk tegak sendirian dan untuk jangka waktu yang tidak terbatas tanpa bantuan, punggung lurus.

kalau ditarik, anak dapat bergerak dari posisi berbaring sampai posisi berdiri.

Merangkak atau merayap.

Memegang benda-benda dengan ibu jari dan jari telunjuk, menemukan mainan yang disembunyikan, berusaha mendapatkan kembali benda-benda yang dijatuhkan, melepaskan benda yang dipegang oleh orang lain.

Suara konsonan yang berulang ( mama, papa ).

Merespon kalau mendengar panggilan namanya, bermain cilik ba, dan melambai- lambaikan tangan.


Umur 52 minggu ( 1 tahun )

Motorik

Adaptif

Bahasa

Sosial

Berjalan dengan satu tangan dipegang, atau berjalan dengan berpegangan pada perabot rumah.

Melepaskan benda kepada orang lain atas permintaan atau gerak isyarat.

Beberapa kata lain selain mama, papa.

Bermain permainan yang sederhana, mengadakan penyesuaian sikap tubuh kalau sedang dipakaikan baju.

Apabila dari hasil pengamatan ditemukan pada anak yang perkembangannya tidak sesuai dengan pengamatan diatas ( lihat tabel ) maka dapat disimpulkan perkembangan anak tersebut mengalami keterlambatan perkembangan.

Anak dapat mengalami kelainan yang disebabkan oleh faktor genetik waktu bayi. Apabila orangtua memiliki anak yang mempunyai kelainan diharapkan dapat bersikap bijaksana atau mengkonsultasikan ke dokter atau psikolog. Contoh Berikut ini yang dapat dijumpai pada anak berkelainan TUNAGRAHITA.

Deteksi perkembangan pada anak tunagrahita permasalahan yang sebenarnya adalah anak yang tidak mampu mengikuti sistem pengajaran dan kondisi anak tersebut kecerdasannya jauh dibawah rata-rata yang ditandai oleh keterbatasan Intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Anak tunagrahita juga dikenal dengan istilah Keterbelakangan Mental.

Untuk mendeteksi anak tungrahita atau keterbelakangan mental ada baiknya memahami konsep Mental Age ( MA ), Mental Age adalah kemampuan mental yang dimiliki oleh seorang anak pada usia tertentu

Pada masa awal perkembangan, hampir tidak ada perbedaan antara anak-anak tunagrahita dengan anak yang memiliki kecerdasan rata-rata, akan tetapi semakin lama perbedaan pola perkembangan antara anak tunagrahita dengan anak normal semakin terlihat jelas.

Sebagai contoh, anak yang mempunyai usia enam tahun akan mempunyai kemampuan yang sepadan dengan kemampuan anak usia enam tahun pada umumnya. Artinya anak yang berumur enam tahun akan memiliki MA enam tahun. Jika seorang anak memiliki MA lebih tinggi dari umurnya, maka anak tersebut memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Sebaliknya jika MA seorang anak lebih rendah daripada umurnya, maka anak tersebut memiliki kecerdasan dibawah rata-rata. Anak tunagrahita selalu memiliki MA yang lebih rendah daripada umurnya secara jelas. Oleh karena itu MA yang sedikit saja kurangnya dari umur tidak termasuk tunagrahita. MA dipandang sebagai indeks dari perkembangan kognitif seorang anak.

Yang menarik dari contoh diatas adalah bahwa keterbelakangan mental yang hanya sedikit saja tidak termasuk tunagrahita. dikatakan bahwa bila seorang anak mengalami keterbatasan kecerdasan ( IQ ) 2 kali standar deviasi barulah termasuk tunagrahita. Contoh, anak normal mempunyai IQ 100, maka anak tunagrahita mempunyai IQ 70 yaitu ia mengalami keterlambatan 2 x 15 = 30 maka diperoleh IQ 70 tersebut.

Ada beberapa karakteristik umum tunagrahita yang dapat kita pelajari, yaitu :

1. Keterbatasan Inteligensi.

Inteligensi merupakan fungsi yang kompleks yang dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mempelajari informasi dan ketrampilan-ketrampilan menyesuaikan diri dengan masalah-masalah dan situasi-situasi kehidupan baru, belajar dari pengalaman masa lalu, dan kemampuan untuk merencanakan masa depan. Anak tunagrahita memiliki kekurangan dalam semua hal tersebut. Kapasitas belajar anak tunagrahita terutama yang bersifat abstrak seperti menulis, membaca dan berhitung terbatas.

2. Keterbatasan Sosial.

Disamping memiliki keterbatasan inteligensi, anak tunagrahita juga memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat, ketergantungan terhadap orang tua sangat besar, mereka juga mudah dipengaruhi dan cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya, sehingga mereka harus selalu dibimbing dan diawasi, oleh karena itu mereka memerlukan bantuan.

3. Keterbatasan fungsi-fungsi Mental lainnya.

Anak tunagrahita memerlukan waktu lebih lama untuk menyesuaikan diri pada situasi yang baru dikenalnya. anak tunagrahita tidak dapat mengahadapi sesuatu kegiatan atau tugas dalam jangka waktu yang lama. Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa, mereka bukannya mengalami kerusakan artikulasi, akan tetapi perbendaharaan kata yang kurang berfungsi. Karena alasan itu mereka membutuhkan kata-kata konkret yang sering didengarnya dan harus secara berulang-ulang.

Selain itu anak tunagrahita kurang mampu untuk membedakan antara yang baik dan buruk, dan membedakan antara yang salah dan yang benar. Ini semua karena kemampuannya terbatas sehingga anak tunagrahita tidak dapat membayangkan terlebih dahulu konsekuensi dari suatu perbuatan.

Faktor-faktor yang menyebabkan anak menjadi terbelakang mental yakni :

1. Faktor-faktor sebelum kelahiran ( pranatal ).

a. Kekurangan zat-zat makanan vitamin sewaktu bayi dalam kandungan dapat mengakibatkan keterlambatan dalam proses berpikir. timbulnya infeksi atau keracunan sewaktu bayi dalam kandungan, kemungkinan akan mengakibatkan anak menjadi terbelakang.

b. Karena proses pembuahan yang kurang sempurna, misalnya pembuahan diluar kandungan atau gen yang terlalu lemah adalah merupakan salah satu sebab anak menjadi terbelakang.

c. Waktu ibu mengandung mengalami jatuh atau terkena pukulan yang sangat keras pada bagian perutnya.

2. Faktor-faktor pada saat kelahiran ( natal ).

a. Kelahiran dengan bantuan tang.

Mengapa mesti dengan tang ? Karena bayi dalam kandungan sangat subur atau tulang pinggul ibu yang terlalu sempit. Karena tang itu, adakalanya menimbulkan pendarahan otak, sehingga susunan syaraf menjadi rusak.

b. Kekurangan oksigen ( O2 ).

Waktu kelahirannya bayi tidak dapat bernafas, karena lehernya terbelit usus atau ada lendir dijalan pernafasan, akibatnya tidak dapat mengadakan pertukaran zat, sehingga mempengaruhi susunan syaraf.

c. Kelahiran yang terlalu lama.

Kelahiran yang terlalu lama disebabkan karena bayi didalam kandungan terlalu subur dan tulang pinggul ibu sangat sempit, keadaan ibu menjadi lemah sehingga bayi tidak dapat segera keluar, hal ini dapat mengakibatkan peredaran darah bayi dan pertukaran zat terganggu.

d. Anak lahir prematur.

Bayi yang lahir sebelum waktunya pertumbuhan jasmani dan jiwanya terganggu atau mengalami hambatan-hambatan, kadang-kadang menimbulkan kematian.

3. Faktor-faktor setelah kelahiran ( post natal ).

a. Karena luka-luka.

.Luka-luka dibagian kepala, jatuh atau terkena pukulan yang keras dapat menyebabkan geger otak. Keracunan atau luka-luka dibagian otak dapat menyebabkan kelainan pada susunan syaraf dan mungkin anak menjadi terbelakang mental.

b. Karena penyakit.

Serangan penyakit cerebral meningitis, malaria tropika, dan lain-lain dapat menyebabkan infeksi atau luka-luka pada selaput otak. Kalau penyakit ini keadaannya sudah parah, dapat mengakibatkan adanya hambatan pada fungsi inteligensinya, mereka terlihat tidak lincah dan sifatnya apathis.

c. Karena faktor psykologis.

Rumah tangga yang pecah belah, anak yang tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua, anak akan menderita batin perasaannya tidak dapat berkembang secara wajar, dapat mengakibatkan adanya hambatan fungsi inteligensi.

* KLASIFIKASI ANAK TUNAGRAHITA.

Pengelompokan pada umumnya didasarkan pada taraf inteligensinya, yang terdiri dari :

  1. Tunagrahita Ringan.

Tunagrahita ringan disebut juga moron atau debil, memiliki IQ antara 69-55. Mereka masih dapat belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana. Dengan bimbingan dan pendidikan yang baik serta sedikit pengawasan, anak terbelakang mental ringan pada saatnya akan dapat memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri.

Namun demikian anak terbelakang mental ringan tidak mampu melakukan penyesuaian sosial, tidak dapat merencanakan masa depan, dan bahkan suka berbuat kesalahan. Pada umumnya anak tunagrahita ringan tidak mengalami gangguan fisik, oleh karena itu agak sukar membedakan secara fisik antara anak tunagrahita ringan dengan anak normal.

  1. Tunagrahita Sedang.

Tunagrahita sedang disebut juga imbesil, memiliki IQ antara 54-40. Anak tunagrahita sedang sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti belajar menulis, membaca dan berhitung. mereka masih dapat menulis secara sosial misalnya menulis namanya sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari, anak tunagrahita sedang membutuhkan pengawasan yang terus menerus dan dapat dididik mengurus diri sendiri serta dapat melindungi diri sendiri dari bahaya seperti berjalan dijalan raya, berlindung dari hujan, dan sebagainya.

  1. Tunagrahita Berat.

Tunagrahita berat sering disebut idiot, memiliki IQ antara 39-25. anak tunagrahita sangat berat ( profound ) memiliki IQ dibawah 24. MA maksimal yang dapat dicapai kurang dari tiga tahun. Mereka memerlukan bantuan perawatan secara total dalam hal berpakaian, mandi, makan dan lain-lain. Bahkan mereka memerlukan perlindungan dari bahaya sepanjang hidupnya.

* PERKEMBANGAN FISIK ANAK TUNAGRAHITA.

Fungsi-fungsi perkembangan anak tunagrahita ada yang tertinggal jauh oleh anak normal. Perkembangan jasmani dan motorik anak tunagrahita tidak secepat perkembangan anak normal. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kesegaran jasmani anak tunagrahita yang memiliki MA 2 tahun sampai dengan 12 tahun ada dalam kategori kurang sekali. Dengan demikian tingkat kesegaran jasmani anak tunagrahita setingkat lebih rendah dibandingkan dengan anak normal pada umur yang sama.

Locomotor skill, meliputi :

v Functional run.

v Functional leap.

v Functional horizontal jump.

v Functional vertical jump.

Object control, meliputi :

v Functional underhand roll.

v Functional underhand throw.

v Functional kick.

v Functional backhand strike.

Rhytmic skill, meliputi :

v Functional movement to an even beat.

v Functional movement to an uneven beat.

v Immitate movements.

v Communication.

* PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK TUNAGRAHITA.

Kognisi merupakan bidang yang luas yang meliputi semua ketrampilan akademik yang berhubungan dengan wilayah persepsi. Kognisi meliputi proses di mana pengamatan itu diperoleh, disimpan, dan dimanfaatkan. Kognisi meliputi lima proses, yaitu : Persepsi, Memori, Pemunculan ide-ide, evaluasi dan Penalaran. Ada beberapa penelitian yang membuktikan bahwa anak tunagrahita yang memiliki MA yang sama dengan anak normal tidak memiliki ketrampilan kognitif yang lebih unggul daripada anak tunagrahita. Anak normal memiliki kaidah dan strategi dalam memecahkan masalah, sedangkan anak tunagrahita bersifat trial and error.

Dalam hal kecepatan belajar, anak tunagrahita jauh ketinggalan oleh anak normal. Untuk mencapai kriteria-kriteria yang dicapai oleh anak normal, anak tunagrahita lebih banyak memerlukan ulangan tentang bahan tersebut. Dalam kaitannya dengan mata pelajaran, ternyata anak tunagrahita dapat mencapai prestasi lebih baik dalam tugas-tugas diskriminasi misalnya mengumpulkan bentuk-bentuk yang berbeda, jika mereka melakukannya dengan pengertian.

Beberapa penelitian tentang pengaruh reaksi-reaksi afektif ternyata anak tunagrahita memberikan reaksi yang sama dengan anak normal, dimana anak yang berhasil mencapai sukses padatugas berikutnya. Hal ini terjadi baik pada anak tunagrahita maupun anak normal. Adapun kegagalan memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap perkembangan sikap dan prestasi berikutnya. Ketepatan respon anak tunagrahita kurang daripada respon anak normal. Tetapi bila tugas yang diberikan bersifat diskriminasi visual, ternyata posisi anak tunagrahita hampir sama dengan yang diperoleh anak normal.

Berkenaan dengan memori, anak tunagrahita berbeda dengan anak normal pada short term memory. Anak tunagrahita tampaknya tidak berbeda dengan anak normal dalam long term memory, daya ingatnya sama dengan anak normal. Akan tetapi bukti-bukti menunjukan anak tunagrahita berbeda dengan anak normal dalam hal mengingat yang segera ( immediate memory ).

Fleksibilitas mental yang kurang pada anak tunagrahita mengakibatkan kesulitan dalam pengorganisasian bahan yang akan dipelajari. Oleh karena itu sukar bagi anak tunagrahita untuk menangkap informasi yang kompleks.

* EMOSI, PENYESUAIAN SOSIAL, DAN KEPRIBADIAN ANAK TUNAGRAHITA.

Perkembangan dorongan dan emosi berkaitan dengan derajat ketunagrahitaan seorang anak. Anak tunagrahita berat tidak dapat menunjukan dorongan pemeliharaan dirinya sendiri. Mereka tidak bisa menunjukan rasa lapar atau haus dan tidak dapat menghindari bahaya. Pada anak tunagrahita sedang, dorongan berkembang lebih baik tetapi kehidupan emosinya terbatas pada emosi-emosi yang sederhana. Pada anak tunagrahita ringan, kehidupan emosinya tidak jauh berbeda dengan anak normal, akan tetapi tidak sekaya anak normal.

Dalam kepribadian tercakup susunan fisik, karakter emosi, serta karakteristik sosial seseorang. Anak tunagrahita pria memiliki kekurangan berupa tidak matangnya emosi, depresi, bersikap dingin, menyendiri, tidak dapat dipercaya, impulsif, lancang dan merusak. Anak tunagrahita wanita mudah dipengaruhi, ceroboh, kurang dapat menahan diri dan cenderung melanggar ketentuan. Dalam hal lain, anak tunagrahita sama dengan anak normal. Kekurangan-kekurangan dalam kepribadian akan berakibat pada proses penyesuaian diri. Penyesuaian diri merupakan proses psikologis yang terjadi ketika kita menghadapi berbagai situasi.

Anak tunagrahita akan menghayati suatu emosi, jika kebutuhannya terhalangi. Emosi-emosi yang positif adalah cinta, girang dan simpatik. Emosi-emosi ini tampak pada anak tunagrahita yang masih muda terhadap peristiwa-peristiwa yang bersifat konkret. Emosi-emosi yang negatif adalah perasaan takut, giris, marah dan benci. Anak tunagrahita yang masih muda akan merasa takut terhadap hal-hal yang berkenaan dengan hubungan sosial.

Dalam tingkah laku sosial, tercakup hal-hal seperti keterikatan dan ketergantungan, hubungan kesebayaan, dan tingkah laku moral. Yang dimaksud dengan tingkah laku keterikatan dan ketergantungan adalah kontak anak dengan orang lain. Anak tunagrahita yang masih muda pada awalnya memiliki tingkah laku keterikatan kepada orang tua dan orang dewasa lainnya. Dengan bertambahnya umur, keterikatan ini dialihkan kepada teman sebaya. Ketika anak merasa takut, tegang, dan kehilangan orang yang menjadi tempat bergantung, kecenderungan ketergantungannya bertambah.

Dalam hubungan kesebayaan, seperti halnya anak kecil, anak tunagrahita menolak anak yang lain. Tetapi setelah bertambah umur mereka mengadakan kontak dan melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat kerja sama. Berbeda dengan anak normal, anak tunagrahita jarang diterima, sering ditolak oleh kelompok, serta sering menyadari posisi diri dalam kelompok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar